0

Menepi

Aku hanya ingin menepi sejenak,

Sungguh,

Menepi,

Sendiri,

Tanpa mereka,

Tanpa semua hiruk pikuk ini.

Aku butuh kewarasanku.

Beri aku waktu utk sendiri,

barang sehari,

penuh.

Penat ini,

Jenuh ini,

Lelah ini,

Entah dg apa lagi harus kubunuh.

Aku hanya ingin pergi, meski sejenak.

Sendiri.

Tanpa mereka, kalian.

0

Escape

Melihat wajah dan tubuh kalian berlumur bedak

Membiarkan kalian melumuri ibu dengan bedak

Melihat rumah ini jauh dr kata rapih

Membiarkan rumah ini dengan segenap bungkus dan sisa makanan berserakan

Membiarkan suara tangisan kalian

Ibu kalian sedang tidak baik2 saja nak

Ibu kalian sedang tidak waras

Ibu kalian sedang…

Ah,

Entah…

Mencari celah utk melarikan diri yang dibenarkan

Adakah?

Agar ibu kembali waras

Agar ibu kembali baik2 saja

Agar ibu bisa mendampingi kalian dengan segenap hati yang penuh bahagia

0

Kerjasama

Betapa istiqamah mengatur pola makan balita itu lbh susah drpd ngatur jadwal nyicil garap skripsi.
Belum lagi kalo nafsu makan si balita tidak sebaik balita2 lain.
Yg diperkeruh dengan berat badan yg susah sekali naik.
Butuh kerjasama yg baik antara ibu dan ayah si balita.
Kerjasama.

Peran sang ibu memang lbh dominan, mulai dr mengatur menu makan, mengatur pola makan, mengatur jam makan, mengatur jam tidur, dan segala printilan lainnya.
Namun segala aturan yg telah disusun sedemikian rupa oleh si ibu tidak akan berarti apa2 jika kemudian diinterfensi, diganti, bahkan dikacaukan oleh pihak yg seharusnya bekerjasama dengan sang ibu.

“Bicarakanlah denganku mengenai jadwalnya in syaa Allah aku paham dan kita akan bekerjasama”
Begitu kurang lebih yg sering dikatakan saat sang ibu mencurahkan kegalauannya mengenai si balita yg susah sekali makan.
Ah, entah sudah berapa ratus kali pembicaraan itu diutarakan sesuai permintaan, namun selalu terulang lagi dan lagi.

Seorang ibu yg memiliki bayi dan balita tidak bisa sembarang waktu pergi meninggalkan rumah.
Banyak hal yg harus diperhitungkan sebelum seorang ibu memutuskan pergi keluar rumah, jangankan utk urusan yg tidak seberapa penting, untuk urusan yg paling daruratpun perhitungan nya bisa seabrek.
Perhitungan yg paling utama ya apalagi kalo bukan mengenai isi perut si bayi/balita.

Ini naluriah sayang.
Apalagi jika si balita memiliki kebiasaan yg ‘unik’, sang ibu hrs lbh ekstra lagi memikirkan dan memperhitungkannya.
Jika semuanya harus ditanggung sendiri rasanya tak sanggup, sedang pihak yg diharapkan bisa bekerjasama seringkali abai  lupa(?).

Ah, mungkin sang ibu kurang lihai membaca situasi dan kondisi pasangan.
Ah, mungkin sang ibu kurang terampil berkomunikasi hingga apapun yg dikatakannya dpt menancap abadi di hati pihak lain.
Ah, mungkin…mungkin…entahlah.

Wanita bisa juga salah koq, tak selamanya wanita menjadi makhluk paling benar.

Magetan, Jelang Senja
Ummu Husna.